Selasa, 31 Mei 2022

SEX EDUCATION - SAATNYA ORANGTUA BICARA TENTANG ​PENDIDIKAN SEKS ​ UNTUK ANAK-ANAKNYA

 

Zoyaqqlounge - Seks edukasi atau pendidikan seks untuk anak- anak dan remaja saat ini menjadi hal yang penting untuk dapat dilaksanakan dimulai dari keluarga. Pendidikan dan informasi yang benar mengenai seks merupakan dasar bagi anak-anak dan remaja untuk dapat berperilaku dan bertindak benar dalam mengambil keputusan terkait perilaku seksual dalam hidupnya.  Pendidikan seks yang benar dan menarik untuk disampaikan menjadi tugas rumah yang panjang bagi orang tua, maka dari itu orang tua harus memiliki kemampuan untuk dapat meyampaikan pendidikan seks yang baik dan tidak menimbulkan pemahaman yang bias.


       Selama ini, pendidikan seks untuk anak usia dini dianggap tabu di kalangan masyarakat. Mereka beranggapan bahwa pendidikan seks belum pantas diberikan pada anak kecil. Padahal dengan pendidikan seks yang diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika dia memasuki masa remaja. Apalagi anak-anak sekarang kritis, dari segi pertanyaan dan tingkah laku. Itu semua karena pada masa ini, anak-anak memiliki rasa keingintahuan yang besar. Anak-anak yang sekali, dua kali, dan berkali-kali melihat tayangan, maka anak- anak akan merekamnya dan membentuknya menjadi suatu pandangan/nilai seksualitas yang dianutnya hingga dia dewasa. Jalan satu-satunya menyikapi fenomena ini adalah kita sebagai orang tua, terutama ibu yang pada kenyataannya lebih dekat dengan anak-anaknya harus berperan membentengi anak-anak kita dengan nilai-nilai seksualitas yang benar yang dilandasi dengan agama.

1. Usia 7- 10 tahun

Edukasi yang diberikan berkaitan dengan nama- nama bagian genital, bagian penting pada tubuh. Seperti payudara dan bagian- bagian dari anggota tubuh lainnya, serta fungsinya secara dasar.Orang tua siap dengan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan seputar “kapan aku menstruasi?” “kapan payudaraku tumbuh?” “kapan ibu mengalami menstruasi?” :Mengapa ayah tidak menstruasi?”

2. Usia 11- 12 tahun (awal remaja)

Kata atau nama dari organ seksual, walau mereka mungkin belum memahami makna yang tepat, namun mereka diinformasika bagian- bagian yang tidak boleh sembarang di lihat dan disentuh orang lain.Orang tua juga siap untuk menerima pertanyaan terkait kehamilan, ketertarikan pada lawan jenis.

3. Usia 13-14 tahun

Pada usia ini informasi yang bias disampaikan berkaitan dengan dasar pemahaman perilaku seksual. Hal yang boleh dilakukan dan tidak, pemahaman seputar ciuman dengan lawan jenis dan pemilihan media- media informasi yang diterima berkaitan tentang seksualitas.


Orang tua harus siap untuk menjawab pertanyaan seputar hari pertama menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki- laki, selain itu, pemahaman tentang perilaku seksual yan menyimpang.

4. Usia 15-16 tahun




Pada usia ini anak- anak diberikan informasi berkaitan dengan perilaku matrubasi, bahaya dan risikonya. Perasaan jatuh cinta dan hasrat yang timbul pada remaja. Hal ini harus di imbangi dengan informasi bagaimana mengatasinya juga terkait keterdlibatan anak remaja dalam kegiatan- kegiatan yang membantu remaja untuk dapat mengalihkan energy  yang dimiliki agar tersalurkan dengan baik.

5. Usia 17-18 tahun

Pada usia ini remaja sulit membedakan rasa cinta dan nafsu seksual yang dimiliki. Orang tua dapat menjelaskan perasaan- perasaan berkaitan dengan rasa cinta dan juga nafsu. Bagaimana mengelola nafsu. Kemudian pertanyaan- pertanyaan yang sering muncul adalah ketika mereka berpacaran atau terlibat dalam hubungan romantis, hal apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.

Memberikan informasi bagi anak dan remaja memerlukan kalimat dan waktu yang tepat agar anak dan remaja tidak salah dalam memahami makna dan arti dari informasi yang diperoleh. Orang tua harus bijak menentukan topik pembicaraan. Materi atau topik bisa diangkat dari judul- judul berita di Koran, televisi maupun media sosial. Topik-topik berkaitan dengan perkosaan, pelecehan seksual dan berita lainnya yang dapat diangkat untuk menjadi pembahasan dalam menyampaikan informasi. Kesempatan- kesempatan yang bisa dipakai untuk menyampaikan edukasi dapat juga pada saat, anggota keluarga atau, teman dan orang- orang dilingkungan mungkin mengalami hamil di usia dini, adanya kasus- kasus yang sesuai dan dapat di jadikan bahan pembahasan.


      Menurut Freud dalam teori Psikoanalisis (Santrock, 2012) tahapan perkembangan psikoseksual yang dilalui anak terbagi menjadi lima fase. Fase pertama (1,5 tahun) adalah masa oral ditandai dengan kepuasan yang diperoleh anak melalui daerah oral atau mulut. Pada tahap ini, anak memperoleh informasi seksual melalui aktivitas mulutnya. Pada fase kedua( 1,5- 3 tahun) tahap anal, dimana kesenangan dipusatkan didaerah anus. Fase ke tiga (3-6 tahun), yaitu tahap falik, kesenangan anak dipusatkan di daerah genital, kemudia fase laten (6- pubertas) dimana anak menekankan hasrat sesksual kemudian mengembangkan ketrampilan sosial dan intelektual, dan tahapan fase terakhir adalah tahap genital yaitu saat kebngkitan seksua, sumber kepuasan seksual adlah awaornag diluar keluarga (masa pubertas dan seterusnya). tahapan-tahapan yang di alami dalam masa perkembangan (dalam teori psikoanalitis) tersebut seharusnya dapat membantu orang tua agar lebih peduli akan pendidikan seks sejak dini. Anak-anak perlu diberikan pendidikan seks sedini mungkin dengan materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang berbeda dengan orang dewasa, sehingga pendidik seks yang paling baik adalah orang tua anak sendiri. SUMOQQ


           Kesadaran orang tua menjadi penting dan orang tua dijadikan guru pertama bagi anak- anaknya. Hendaknya dunia pendidikan Indonesia juga sudah peduli akan pendidikan seks sejak dini agar dapat mengurangi dampak-dampak negatif dari perilaku seks yang tidak seharusnya, seperti kehamilan diluar nikah, aborsi, pelecehan seksual,  putus seolah bahkan sampai pada kematian bagi anak dan remaja kita. Dimulai dari keluarga dan dimulai sejak dini dengan informasi dan pendidikan yang sesuai usia. Pendidikan seks bukan lagi suatu hal yang tabu apabila dapat disampaikan dengan bahasa yang benar dan waktu yang tepat, serta informasi yang sesuai dengan usia perkembangan anak dan remaja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar