ZoyaQQ Lounge – Berapa Lama Manusia Bertahan Oksigen dalam Air Sejumlah orang memang memiliki kemampuan untuk menahan napas tanpa menghirup oksigen. Beberapa orang bahkan pernah mendapat penghargaan atau rekor terkait kemampuan ini.
Seseorang yang biasanya memecahkan rekor atau masuk namanya dalam rekor dunia, memiliki kemampuan menahan napas di dalam air selama lima sampai 10 kali lebih lama di banding orang biasa.
menurut catatan Guinness Book of World Records, pada 2012, freediver Jerman Tom Sietas menahan napas di bawah air selama 22 menit dan 22 detik, mengalahkan rekor Guinness sebelumnya dari Dane Stig Severinsen dengan 22 detik.
Sementara itu, untuk rekor wanita di pegang oleh Karoline Meyer pada tahun 2009 dengan catatan waktu 18 menit, 32,59 detik.
ZoyaQQ – Tahukah Anda bahwa ada teknik tersendiri mengapa manusia bisa menahan napas di dalam air?
Sebelum melakukan freediving, seseorang terlebih dahulu akan mengalami hiperventilasi selama 30 menit dengan oksigen murni.
Selain itu, menyelam juga bisa membantu manusia untuk menahan napas lebih lama. Pasalnya, menyelam akan membantu manusia dalam proses perlambatan detak jantung.
Mengapa demikian?
Berapa Lama Manusia Bertahan Oksigen dalam Air ,Ahli menjelaskan bahwa energi dan panas dari tubuh mampu diredam selama berada di dalam air.
Meski begitu ahli juga memaparkan bahwa menyelam terlalu lama dan memaksakan kemampuan tubuh untuk tidak menghidup oksigen dapat menyebabkan hal fatal.
Salah satunya adalah kerusakan organ hingga jaringan otak. Severinsen yang memegang rekor dunia mengatakan bahwa sejauh ini dirinya tidak menderita kerusakan otak apapun.
Suku Bajo Si Penyelam Ulung
Berapa Lama Manusia Bertahan Oksigen dalam Air Selain para pemecah rekor dunia, ada suku di belahan dunia yang memiliki kemampuan menyelam. Mereka adalah Suku Bajo — suku nomaden maritim di Asia Tenggara, berukuran besar, sehingga memiliki daya tahan lebih baik ketika menyelam bebas di lautan SumoQQ .
Dikutip dari The Scientist, orang-orang suku Bajo di ketahui tinggal di desa-desa pesisir yang tersebar di sebagian besar wilayah Asia Tenggara.
Mereka kerap menggunakan tombak tradisional dan peralatan sederhana, untuk mengumpulkan ikan dan kerang. Hanya dengan menahan nafas panjang, mereka telah melakukan selam perburuan secara bebas sejak sekitar seribu tahun lalu.
Menurut penelitian
Tubuh manusia sejatinya memiliki beberapa trik untuk meningkatkan waktu yang di habiskan di bawah air, dengan kondisi lingkungan yang kekurangan oksigen.
Ilardo mengukur ukuran limpa mereka menggunakan mesin ultrasound, dan mengambil sampel air liur untuk sekuensing (pengurutan) genom. Dia tertarik meneliti limpa, karena organ itu bisa tumbuh sangat besar di beberapa mamalia laut ketika menyelam.
Sebelum melakukan perjalanan ilmiah tersebut, Ilardo menghabiskan berbulan-bulan mempelajari bahasa Indonesia, untuk bisa berkomunikasi dengan orang Bajo.
“Saya ingin memastikan bahwa ini adalah upaya kerja sama,” katanya menegaskan.
Peneliti kemudian membuat pohon filogenetik
memperkirakan bahwa orang Bajo keluar dari komunitas Saluan sekitar 15.000 tahun lalu.
“Analisis seperti ini membantu memberikan bukti empiris tentang lintasan seleksi alam pada spesies kita (manusia) dan kerangka waktu dari proses tersebut,” jelas Cynthia Beall, antropolog pada Case Western Reserve University di Cleveland, yang juga tidak berpartisipasi dalam penulisan hasil studi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar